Dan kata-kata itu benar-benar sudah membuatku kalut dan galau. Bagaimana
tidak? Kata-kata itu dikatakannya di saat yang benar-benar sudah tidak tepat
lagi. Dan lebih-lebih kata-kata itu yang pernah sangat aku tunggu-tunggu dulu,
sebelum aku menjadi milik orang lain. Namanya Sunny. Dia adalah cowok yang
pernah aku cintai dan pernah aku idam-idamkan dulu.
Dan kenangan itu sedikit demi sedikit muncul lagi dan benar-benar
membuatku kelimpungan. Ingin rasanya aku mengungkapkan bagaimana perasaanku
yang dulu padanya, namun aku tetap berusaha menghilangkan semua pikiranku
tentang dia. Segala hal aku lakukan tapi tidak bisa. Aku malah semakin
mengingatnya dan kebingungan saat tidak ada dia. Aku bingung mencarinya. Aku
ingin mengungkapkan semuanya pada dia agar hatiku bisa tenang dan bisa
menjalani hari-hariku seperti sebelumnya. Aku tidak bisa tenang seperti ini
karena dia tidak pernah tau bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Hinga
akhirnya aku beranikan diri untuk mengungkapkan semuanya padanya meskipun
rasanya sudah sangat tidak pantas. Tapi dengan cara seperti inilah aku bisa
tenang dan tidak memikirkannya lagi.
Dan akhirnya aku mengiriminya pesan karena aku tidak mungkin
mengatakannya langsung.
Assalamu’alaikum......Maaf mengganggu.. Ada yang ingin q bicarakanHmmmm... Melanjutkan percakapan kemarin ya.“Sebenarnya dulu aku suka sama kamu tapi aku g mau karena tanggal lahir kita g cocok”Dan Q menyikapinya..Senangnya mendengar itu dari kamu. Seneng banget.. Sesuatu yang pernah aku tunggu-tunggu dalam waktu yang cukup lama. Dan aku harus mengatakannya agar aku bisa tenang.Dulu waktu SMA, aku punya pacar. Udah 2 tahun jadiannya.. Ya bisa dibilang udah sayang banget . Tapi akhirnya brakhir juga setelah berjalan 2 tahun itu.. Tahu kenapa?Karena hati tak bisa bohong klo prasaan sudah pindah ke lain hati.. Sayangnya ternyata prasaan pada orang ketiga itu tetep tersimpan di hati saja sampai kita berpisah. Dan perasaan itu tidak sanggup aku ungkapkan karena aku perempuan, apalagi saat itu aku merasa banget kalo prasaanku sama dia Cuma bertepuk sebelah tangan saja. Akhirnya hubunganku dengan pacarku kandas karena orang ketiga ini dan ternyata prasaanku pada orang ketiga ini tidak pernah bisa d ungkapkan.. Sampai akhirnya aku kuliah, bertemu dengan seseorg dan bisa sedikit melupakan, mungkin karena sudah sangat jarang bertemu..Dulu setiap ada kamu, aku sangat senang. Meskipun aku tidak sempat ngobrol, melihatmu saja sudah sangat senang. Dan sudah sejak lama aku suka dengan orang yang memakai kacamata, bahkan sempat tebayang “aku ingin punya cowok yang berkacamata. Dan akhirnya aku bertemu dengan kamu, tapi sudah di saat yang sangat tidak tepat lagi.Dan akhirnya aku nikah. Semuanya sudah hilang. Dan aku sudah melupakan semuanya dan tidak pernah terlintas dibenakku akan bertemu lagi dengan kamu. Tapi Tuhan berkata lain. Tuhan masih mempertemukan kita meski tak pernah kita rencanakan. Di awal perbincangan, tidak ada perasaan apa-apa, meski sempet terlintas di benakku tentang aku dan kamu dulu. Tp kata-kata terakhir pada percakapan, membuat aku benar-benar galau. Ah.. Bodohnya aku masih seperti itu.. Bahkan sebenarnya sudah tidak pantas lg..Sepeti itulah ceritaku..Sekarang Q tanya kamu :
“Benarkah kamu pernah suka sama aku? Benarkah kamu pernah mencintaiku? Seandainya semua itu memang benar, aku akan sangat lega karena prasaanku dulu yang tidak bisa aku ungkapkan tidak bertepuk seblah tangan saja. Tapi kalopun tidak, tidak jadi masalah. Yang penting aku sudah mngeluarkan uneg-uneg yang pernah aku simpan selama 2 tahun lamanya. Sakit rasanya menyimpan prasaan itu sendiri. Seperti yang sudah aku katakan ke kamu. Aku memang pernah berusaha membenci kamu. Sempat aku benci sama kamu, tapi apa pernah aku menghindar dari kamu? Malah yang ada dulu aku malah sangat senang saat ketemu sama kamu. Tapi sakit hati rasanya saat dulu aku mengharapkan kamu, tapi kamu cuek saja tidak meresponku.Ya begitulah sesungguhnya prasaanku Dulu kamu dan kamulah orang ketiga yang aku maksud sampai aku putus sama cowokku. Hmmm... Kamu hebat banget ya dimataku dulu.... Tapi sayangnya.. Q hanya bisa berangan-angan saja.. dan terakhir aku bertemu, sebenarnya aku masih menyimpan rasa itu meskipun aku sudah jadi milik orang lain. Tapi semuanya sudah terlambat.Aku minta maaf dengan statusku sekarang bisa bcara seperti ini. Sebenarnya sudah sangat tidak pantas lagi. Mungkin juga kamu menertawakan aku. Tapi ini lebih baik untukku,, Karena aku tidak ingin terus-terusan merasa bingung, sakit rasanya ... Lebih baik aku ngomong dan aku tenang sekarang. Terima Kasih ya atas semuanya.. Alhamdulillah semuanya sudah aku ungkapkan..
Dan seperti itulah pesan yang aku kirimkan padanya. Dan dengan cara itu
aku sangat berharap aku bisa lega tanpa kebingungan lagi.
Dan dia menjawab pertanyananku hanya dengan kata “IYA” saja. Tidak jadi
masalah, meskipun hanya 3 huruf saja, aku sudah merasa sangat lega.
Tapi ternyata tidak mudah menepisnya dari pikiranku. Ternyata pikiranku
penuh dengan namanya. Dan tidak bisa aku pungkiri, aku selalu memikirkannya.
Aku menangis di setiap tidurku mengingat apa yang sudah terjadi padaku?
Mengingat Sunny yang seharusnya tidak aku lakukan lagi. Dan begitu pula dengan
dia yang sebentar lagi sudah akan menikah. Dan aku benar-benar sangat berusaha
melupakannya tapi ternyata tidak berhasil bebas dari memikirkannya. Aku tidak
ingin terus-terus membohongi orang lain, dan aku harus segera menyelesaikan
masalah ini.
Dan akhirnya aku putuskan untuk menemuinya. Untuk menghabiskan waktu
bersamanya, mungkin hanya itu yang bisa membuatku tenang.
Dan malam itu aku pertama kali bertemu setelah sekitar 3 tahun lebih
tidak bertemu dengannya. Apa yang aku rasakan? Aku sangat senang bisa bertemu
dengan dia lagi, apalagi disaat dia tersenyum padaku. Sesuatu yang sangat aku
suka darinya yaitu pandangannya dengan kacamatanya dan senyumannya padaku.
“Udah dari tadi disini”, sapa Sunny padaku.
“Iya”, jawabku sambil sesekali bergurau menutupi salah tingkahku. Mungkin
dia tidak sesenang aku saat bertemu seperti ini, tapi aku benar-benar merasakan
senang yang tiada tara sampai-sampai aku salah tingkah di depannya. Sampai-sampai
aku bingung mau bicara apa hingga akhirnya dia pulang. Dan aku hanya berbicara
tidak jelas padanya. Aku menyesal hanya bisa seperti itu saja dan semalam
suntuk aku memikirkannya. Aku paksakan untuk tidak memikirnya hingga akhirnya
terlelap tidur.
Keesokan harinya aku diajak temanku Fifi ke kantornya. Dan kebetulan fifi
satu kantor dengan Sunny. Dan tidak ada niatan untuk bertemu dengannya
sebelumnya. Tapi ternyata aku bertemu dengannya lagi. Dia datang dengan ciri
khasnya. Dan itu hanya sebentar saja karena dia sangat sibuk dengan jadwalnya
saat itu.
Dan aku sudah sedikit bosan menunggu Fifi. Mungkin Fifi faham betul kalo
aku bosan dan dia mengajakku jalan-jalan untuk menghilangkan penat sekaligus
sarapan karena kita belum sempat sarapan sebelum berangkat pagi tadi.
Sore hari, Diana menelponku dan memintaku menunggunya di kantor Fifi.
Diana akan datang menemuiku karena sudah cukup lama juga tidak bertemu
denganku. Dan saat aku menunggunya, fifi tidak bisa menemaniku, dia harus
pulang duluan, dan mau tidak mau aku harus menunggu Diana ditemani Sunny. Oh my
god.. Saat-saat seperti inilah yang sangat aku tunggu. Ingin rasanya ku
hentikan waktu agar tidak bisa berjalan hingga aku bisa tetap ada disini sampai
pagi. Sudah lumayan larut tapi Diana belum juga datang dan aku belum makan.
“Kamu belum
makan”, tanya Sunny padaku sedikit kebinungan sih.
“Hari ini aku cuma makan snack saja.”, jawabku
“Hari ini aku cuma makan snack saja.”, jawabku
“Kalo gitu kita
kluar makan malam saja. Gimana?”
What???? Aku
seperti tidak percaya. Sunny mengajakku makan malam? Itu sangat mustahil
rasanya dan sangat sulit kupercaya itu. Tapi memang benar adanya. Dia benar-benar
mengajakku diner.
Dinner yang indah dengan alunan musik klasik yang menyertai keindahan dan
kelap kelip lampu yang menambah keindahan malam.
“Kamu tidak
takut makan malam bersamaku seperti ini”, tanyanya disela-sela makan malam.
“Aku tau maksudmu
apa. Dan itu tidak perlu aku jawab”, jawabku singkat. Dan tak ada percakapan
spesial tentang kita malam itu. Hanya bercerita ini itu saja. Tapi aku senang.
Bisa melihat dia duduk makan malam bersamaku.
“Aku mnta tolong
setelah ini jangan hubungi aku lagi lewat handphone ya”, pintanya padaku. Aku
paham betul maksudnya dan aku hanya mengangguk. Sesak rasanya di dadaku
mendengarnya. Itu berarti perpisahan. Ingin rasanya aku nangis, tapi aku tahan
sambil menelan makanan dengan paksa. Aku ingin sekali menangis, kenapa baru
sekarang aku merasakan ini? Dalam kondisi kita yang sudah seharusnya tidak
seperti ini. Kenapa bukan dulu saat kita sama-sama masih sendiri. Aku tepis
perasaan sedihku dan menikmati malam itu.
Dan inilah kenangan terindahku bersamanya yang pertama kalinya dan bahkan
mungkin untuk yang terakhir kalinya. Aku benar-benar senang menikmati makan
malam ini dan bisa memandangnya duduk tepat di hadapanku. Sejenak aku lupa akan
segalanya. Benarr-benar malam yang indah.
Sepulang dari Dinner, aku langsung menemui Diana yang sudah sedari tadi
marah-marah menungguku. Dan dia kaget ketika aku menceritakan semuanya padanya.
Dan dia kembali mengingatkan aku pada aku yang sekarang. Aku menangis dalam
lamunanku. Aku menangis mengingat apa yang sudah aku lakukan. Tapi entah
tangisan apa ini? Aku bingung. Apakah ini tangisan untuk kenangan malam ini?
Kenangan terindahku yang pertama kalinya dengan Sunny dan bahkan kanangan
terakhir yang berarti ini adalah perpisahan? Apa aku menangis karena itu?
Ataukah tangisan ini untuk mereka? Untuk dia yang telah memilikiku dan untuk
dia yang telah memiliki Sunny? Aku benar-benar bingung dan merasa sangat
bersalah. Apa yang sudah aku lakukan ini sudah menyakiti beberapa hati termasuk
Sunny sendiri. Mungkin Sunny sendiri tidak pernah menginginkan makan malam ini,
tapi itu semua karena ulahku sampai Sunny senekad itu mengajakku makan malam. Mungkin
Sunny menyesal telah mengajakku makan malam.
Diana sudah terlelap dan aku belum bisa memejamkan mata. Aku ingin
mencurahkan isi hatiku tapi pada siapa? Aku benar-benar kebingungan menangis
sendiri. Hanya ada tisu dan bolpoin di tasku dan akhirnya pada tisu itulah aku
curahkan semua perasaanku, permintaan maafku pada mereka semuanya. Hingga jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari aku
baru bisa memejamkan mata.
Keesokan harinya aku bangun dari tidurku dan entah kenapa aku seperti tak
punya energi sama sekali. Kepalaku terasa sangat sakit. Dan aku memilih diam
saja di kamar saat Diana mengajakku jalan-jalan menikmati liburan. Dan di dalam
kamar, kembali aku teringat kejadian semalam. Dan itu membuatku kembali syok.
“Aku harus
segera meninggalkan tempat ini. Tempat ini menyimpan banyak kisah dalam hidupku
dan aku tidak mau terjebak disini. Tapi untuk melangkahkan kaki saja aku terasa
berat. Aku benar-benar tidak punya energi. Dan aku yakin aku tidak sanggup
pergi dalam keadaan seperti ini. Aku meminta tolong pada beberapa teman untuk
mengantarku, tapi tidak ada yang bisa mengantarku, termasuk Sunny sendiri. Dan
aku tau dia menghindariku karena semalam. Aku paham betul tapi aku benar-benar
sangat butuh pertolongan waktu itu. Aku harus meninggalkan tempat itu, karena
aku tidak ingin terlarut dalam kenangan terlalu jauh lagi”, kataku dalam hati
mengingatnya.
Hingga sore hari belum ada yang bisa mengantarku hingga aku putuskan
untuk nekad saja. Dan akhirnya aku nekad meninggalkan tempat itu sendirian
tanpa siapapun menemaniku. Tapi ternyata aku tidak sekuat itu. Belum seperempat
perjalanan, aku sudah lemah. Aku tidak bisa melanjutkan perjalanan. Dan aku
putuskan untuk menghentikan perjalananku. Aku beristirahat di pinggir jalan.
Dan ternyata aku berhenti di pertokoan. Terpikirkan olehku untuk masuk dan
mencari sesuatu disana. Dan mataku terarah pada jam tangan dan mengingatkanku
kembali pada Sunny. Tapi sayangnya aku tidak tau seperti apa yang dia suka.
Akhirnya aku memilih seperti yang aku suka. Yang sederhana terlihat cocok jika
dikenakan oleh Sunny dan akupun membelinya. Dan lagi-lagi aku bingung aku harus
kemana dan dengan siapa. Aku sudah tidak bisa lagi jika harus mengendarai
mobil. Hingga akhirnya aku putuskan untuk mencari keramaian yang bisa membuatku
sedikit tenang. Dan aku nikmati malam itu sendirian. Aku sengaja menghubungi
Sunny agar dia datang menemuiku malam itu agar aku bisa memberikan jam tangan
itu langsung padanya, tapi hingga larut malam dia belum datang juga. Ternyata
dia ada acara keluarga dan benar-benar tidak bisa menemuiku. Aku bingung harus
kemana. Malam semakin larut dan kulihat semua kendaraan ngebut dan aku takut. Aku
sangat ketakutan karena sesekali seorang cowok menghampiriku dan mengajak
kenalan. Aku paling tidak suka dengan hal itu. Berkali-kali pula aku
menghubungi teman-temanku dan tak satupun bisa membantuku malam itu. Dan
akhirnya aku pasrah saja. Tetap duduk disana seorang diri. Dan ada seorang
cowok menghampiriku dan menanyakanku ada apa denganku. Dia melihatku
kebingungan. Cowok ini terlihat baik dan tidak punya niatan jelek. Tapi itu
hanya terlihat dari sikapnya saja. Bagaimanapun aku tidak pernah mengenalnya,
aku tetap saja khawatir. Hingga akhirnya dia menawarkan diri untuk mengantarku
kembali ke rumah temanku. Aku takut, aku bingung apa yang harus aku lakukan.
Menerima tawarannya berarti aku bunuh diri, iya kalau cowok ini cowok
baik-baik, tapi jika tidak? Menolak tawarannya, lalu aku harus kemana? Awalnya
aku sudah berencana tidur di mesjid, tapi ternyata nasib buruk menimpaku,
masjid di sekitar tempat itu dikunci hingga aku tidak bisa tidur disana.
Sungguh malang nasibku malam itu. Berkali-kali aku hubungi teman dan juga
Sunny, ternyata mereka tidak bisa membantuku. Dan keputusan akhirku, akhirnya
aku menerima tawaran cowok tadi. kalaupun dia berniat jahat padaku, aku harus
bisa membela diri. Dengan keberanianku, akhirnya cowok itu mengantarku kembali
ke tempat Diana lagi. Dalam perjalanan, tak henti-hentinya aku baca sholawat
dan benar-benar bersiap-siap menerima kenyataan buruk yang akan menimpaku. Tapi
keberuntungan berpihak padaku. Cowok itu ternyata benar-benar baik. Dia
mengantarkanku sampai tujuan dengan selamat tanpa pamrih sedikitpun. Allah
masih melindungiku. Aku benar-benar bersyukur bisa sampai ke tempat Diana
dengan selamat.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya aku akan senekad itu. Dan malam itu
adalah pengalaman pertamaku duduk menyendiri hingga tengah malam dalam
kebingungan. Karena awalnya aku kira Sunny akan datang menemuiku dan aku bisa
memasangkan jam tangan itu sendiri dan melihat dia memakai jam tangan itu di
depanku. Hanya untuk itu aku menunggu hingga larut malam. Meskipun sebelumnya
tidak ada niatan untuk memberikannya jam tangan itu. Dan aku sadar, aku tidak
boleh seperti itu terus aku harus kembali ke kehidupanku yang sebenarnya dan
aku juga sangat sadar Sunny sudah benar-benar melupakan aku. Bahkan mungkin
sudah tidak ada lagi perasaannya padaku. Dan pengalaman ini membuatku sadar
akan semuanya. Termasuk pengalamanku dikala denting, Allah selalu melindungiku
hingga aku selamat sampai di rumah diana. Aku tak hentinya bersyukur dan
akhirnya aku lega dan bisa tertidur lelap malam itu.
Esok harinya, pagi-pagi benar, aku menemui Fifi sebelum dia ke kantor. Aku
menitipkan obat yang dia berikan padaku beserta jam tangan yang sengaja kubeli
untuknya. Dan setelah aku memberikan titipanku, aku segera pulang dengan tekad,
setelah aku keluar dari tempat ini, aku sudah harus bisa melupakan semuanya. Itu
tekadku. Dan aku berikan bula tulisan di atas tisu itu pada Sunny. Dan itulah
kenangan terakhir yang bisa aku berikan padanya. Dan rasa itu tidak akan pernah
hilang meskipun aku sudah memiliki seseorang yang lebih aku cintai.
Dalam perjalananku, aku benar-benar tidak bisa membendung air mataku.
Kenangan indah sekaligus menyakitkan buatku. Perpisahan ini benar-benar
membuatku sakit hingga air mataku menetes. Dan semua itu hanya akan menjadi
kenangan. Cinta itu hanyalah kenangan dan mimpi saja. Dan mungkin aku akan
semakin senang jika terlontar sekali lagi langsung dari mulutnya bahwa DIA
PERNAH MENCINTAIKU. Dan itulah sebenarnya yang aku tunggu, tapi itu memang
mustahil. Dan aku tetap menunggu dia
mengatakan kata-kata manis itu untukku. Dan aku berharap suatu saat nanti,
kapanpun itu, aku bisa mendengar, sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku.
Karena Sunny pernah terukir Indah dan sangat Indah di hatiku dengan kenangan
yang memang sangat sedikit.
Dan aku terima kenyataan pahit ini dan aku akan kembali pada kehidupanku
yang sebenarnya dan hidup bahagia bersama seseorang yang sangat mencintaiku dan
sangat aku cintai. Dan dialah cintaku yang sesungguhnya saat ini.
Terima
Kasih Atas Kenangan indah itu
glitter-graphics.com
hmmm ... this is beautiful story .... :) Allah Maha Mengetahui dan memiliki rencana yang lain. yakinlah bahwa semua yang diberikan pada kita saat ini adalah yang terbaik dari Allah bagi umatNya. samapikan pada Dia " aku ikhlas dan bersyukur atas segala keputusanMu."
BalasHapusTerima Kasih..
BalasHapusDan inilah yang terbaik....
Aku sangat ikhlas dan bersyukur..
Nice Story Adekku.. I Like It.. Pengalaman Pribadikah????
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusVery nice story..
BalasHapuswahh.. sedih juga T3T
BalasHapusaku juga masih SMA,
BalasHapusdan galau!!
pengalaman pribadi ini kah????dalam sekali....
BalasHapusCuma mengarang saja kok....
HapusTp memang ada sdikit sih..
HapusThanks for all comment..
BalasHapusWahhh ceritanya bagus sekali tuch..!!!
BalasHapusterus berkarya yach..!!
Very good story
BalasHapusI like it.Thanks for sharing :D