Era yang maju tak pernah mundur. Menyeret langkah kaki ikuti tradisi, sama halnya puisi yang perlu
pondasi. Membebaskan kata dari perut bahasa. Seolah rumah dengan gambar
sketsanya. Kita membutuhkan perancang guna mewujudkan sebuah bangunan. Ah…rumit
ini kata, arsitek kata-kata bukan!! Apalagi….
Begini, suatu negeri tak akan
bernilai seni tanpa adanya bangunan sejarah sebagai penanda peradaban. Nah,
bukankah itu yang ngebuat…Roma gemilang dengan taman yang digantung, Babilonia
namanya. India
elok karena Taj Mahalnya. Borobudur yang mashur,
parancis yang sexy dengan menara Eiffelnya. Amerika yang kokoh dengan patung
Libertynya. Cina mengusung sejarah dari Tembok Besarnya dan ketandusan Mesir
tandas oleh Piramidnya. Malang yang digemparkan oleh masjid Turen.
Sejarah peradaban tak akan di
kenang bila tak ada yang memprasastikan dalam sebuah tulisan. Di sinilah fungsi
huruf-huruf di letakkan pada tatanan ruangnya. Mengenang sejarah dari satu
tangan ke tangan lainnya. Cerita langsung dari orang ke orang takkan cukup
menyebarluaskan sejarah budaya nenek moyang. Karenanya arsitek mengabadikan sebuah
bangunan dalam dukumentansi gambar dan tulisan: terangkum menjadi lembaran
buku.
Tanpa arsitek mungkin bangunan-bangunan di dunia akan hancur lebur tersapu angin kencang.. Tak ada bangunan tanpa arsitek. Matos, Giant, Matahari, tak akan sekokoh itu menahan beban, menopang tanpa perhitungan dari arsitek. Sukese terus arsitek dunia....
Semoga Bermanfaat
Bagus isi tulisan blognya, sayang lumayan berat loadingnya, hehe, jln2 ya ke blogbelajar2.blogspot.com
BalasHapusYeaah :D
BalasHapusSelamat buat arsitek indonesia \m/
Btw, salam kenal :)
Happy Engeneering day....
BalasHapus