Iseng-iseng buka Facebook, dan yang pertama muncul adalah posting dari Bapak Sakir. Beliau adalah dosen Matematika di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (Dosenku sekaligus Kajur ^_^). Membaca sejenak, sepertinya menarik untuk di buat Entry terbaruku, menambah Ilmu dan pengetahuan Blogger sekalian,, Yukkk kita baca dan meresapi..
Surga adalah tempat segala kebaikan dan tempat kembali orang-orang
yang beramal baik (amal sholeh) dilandasi keimanan yang kuat. Neraka
adalah tempat segala keburukan dan tempat kembali orang-orang yang
beramal buruk. Surga adalah wilayah kepositivan dan neraka adalah
wilayah kenegativan.
Surga adalah tempat kembali bagi
golongan kanan dan assabiqunal awwalun, sedangkan neraka adalah tempat
kembali bagi golongan kiri. Surga adalah tempat kembali bagi yang
menerima kitab amalnya dengan tangan kanan, dan neraka adalah tempat
kembali bagi yang menerima kita amalnya dengan tangan kiri.
Surga adalah wilayah positif, dan neraka adalah wilayah negatif.
Surga adalah wilayah kanan, dan neraka adalah wilayah kiri.
Mari
kita melihat garis bilangan real. Matematikawan dan pendidik matematika
menggambar dengan menempatkan bilangan positif di sebelah kanan dan
bilangan positif di sebelah kiri. Kesepakatan ini dari mana datangnya?
Manusia dilahirkan dalam kondisi fitrah, tidak membawa apa-apa, apalagi membawa dosa yang diwariskan dari leluhurnya.
Manusia
lahir dan menempati titik nol. Ia tidak di wilayah positif, dan tidak
di wilayah negatif. Hanya, dalam perjalanan kehidupan selanjutnya, ia
akan menghadapi dua pilihan, mau melangkah ke kanan atau melangkah ke
kiri. Melangkah ke arah positif atau melangkah ke arah negatif.
Islam
menjelaskan bahwa manusia dicipta oleh Dzat Yang Maha Positif, dari
sesuatu yang positif, di wilayah positif, dan seharusnya kembali ke
tempat yang positif. Dengan demikian, maka selayaknya tatapan mata dan
langkah manusia adalah ke arah kanan, ke arah positif, ke arah surga, ke
arah Tuhan.
Melihat kembali pada garis bilangan real,
bahkan pada garis realitas kehidupan, maka dari posisi nol, selayaknya
tatapan mata dan langkah kita adalah ke arah kanan, ke wilayah positif.
Kita seharusnya bergerak maju menempuh titik-titik kepositivan sesuai
kemampuan maksimal dan batas waktu yang diberikan Tuhan. Kita tidak
boleh bergerak mundur, menuju kenegativan, karena ini sejatinya menjauhi
tujuan akhir kehidupan.
Terjatuh ke jurang kenegativan,
pada suatu saat, adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Hanya yang
perlu dilakukan adalah segera naik kembali, maju kembali, melampaui
beberapa bilangan positif yang lebih tinggi dari bilangan negatif yang
kita peroleh, karena yang positif itu akan menutup/menghilangkan
negatif. Kebaikan itu akan menutupi keburukan.Mari, dalam posisi manapun
diri kita sekarang di garis realita kehidupan ini, hadapkan diri kita
ke arah kanan, ke arah positif, dan melangkah maju menyusuri
bilangan-bilangan positif semaksimal mungkin, sampai akhirnya tiba di
titik limit kehidupan kita masing-masing, di wilayah positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar