11 Mar 2012

Ke Surga atau Ke Neraka??

  Berguru Pada Matematika



Iseng-iseng buka Facebook, dan yang pertama muncul adalah posting dari Bapak Sakir. Beliau adalah dosen Matematika di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (Dosenku sekaligus Kajur ^_^). Membaca sejenak, sepertinya menarik untuk di buat Entry terbaruku, menambah Ilmu dan pengetahuan Blogger sekalian,, Yukkk kita baca dan meresapi..



Surga adalah tempat segala kebaikan dan tempat kembali orang-orang yang beramal baik (amal sholeh) dilandasi keimanan yang kuat. Neraka adalah tempat segala keburukan dan tempat kembali orang-orang yang beramal buruk. Surga adalah wilayah kepositivan dan neraka adalah wilayah kenegativan.

Surga adalah tempat kembali bagi golongan kanan dan assabiqunal awwalun, sedangkan neraka adalah tempat kembali bagi golongan kiri. Surga adalah tempat kembali bagi yang menerima kitab amalnya dengan tangan kanan, dan neraka adalah tempat kembali bagi yang menerima kita amalnya dengan tangan kiri.

Surga adalah wilayah positif, dan neraka adalah wilayah negatif.
Surga adalah wilayah kanan, dan neraka adalah wilayah kiri.

Mari kita melihat garis bilangan real. Matematikawan dan pendidik matematika menggambar dengan menempatkan bilangan positif di sebelah kanan dan bilangan positif di sebelah kiri. Kesepakatan ini dari mana datangnya?

Manusia dilahirkan dalam kondisi fitrah, tidak membawa apa-apa, apalagi membawa dosa yang diwariskan dari leluhurnya.
Manusia lahir dan menempati titik nol. Ia tidak di wilayah positif, dan tidak di wilayah negatif. Hanya, dalam perjalanan kehidupan selanjutnya, ia akan menghadapi dua pilihan, mau melangkah ke kanan atau melangkah ke kiri. Melangkah ke arah positif atau melangkah ke arah negatif.

Islam menjelaskan bahwa manusia dicipta oleh Dzat Yang Maha Positif, dari sesuatu yang positif, di wilayah positif, dan seharusnya kembali ke tempat yang positif. Dengan demikian, maka selayaknya tatapan mata dan langkah manusia adalah ke arah kanan, ke arah positif, ke arah surga, ke arah Tuhan.


Melihat kembali pada garis bilangan real, bahkan pada garis realitas kehidupan, maka dari posisi nol, selayaknya tatapan mata dan langkah kita adalah ke arah kanan, ke wilayah positif. Kita seharusnya bergerak maju menempuh titik-titik kepositivan sesuai kemampuan maksimal dan batas waktu yang diberikan Tuhan. Kita tidak boleh bergerak mundur, menuju kenegativan, karena ini sejatinya menjauhi tujuan akhir kehidupan.

Terjatuh ke jurang kenegativan, pada suatu saat, adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Hanya yang perlu dilakukan adalah segera naik kembali, maju kembali, melampaui beberapa bilangan positif yang lebih tinggi dari bilangan negatif yang kita peroleh, karena yang positif itu akan menutup/menghilangkan negatif. Kebaikan itu akan menutupi keburukan.Mari, dalam posisi manapun diri kita sekarang di garis realita kehidupan ini, hadapkan diri kita ke arah kanan, ke arah positif, dan melangkah maju menyusuri bilangan-bilangan positif semaksimal mungkin, sampai akhirnya tiba di titik limit kehidupan kita masing-masing, di wilayah positif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar